Hello guys! Its me Cer.
Hari ini gue lagi sakit, dengan seribu macam alasan. Besok mestinya divisi gue di kantor pada pergi business trip overseas, tapi gue ga pegi. Yhaa mungkin gue baper. Tapi ngga sih, karena gue tau disana bakal super business minded dan ngga jalan jalan. HAHAHA gue kan cenayang yu nooooo?
Alasan kedua adalah karena gue lagi mengalami LDR (lagi) setelah beberapa hari lalu laki gue dateng ke sini dengan alasan business trip. Gue emang pacaran sama satu orang kantor anyway, tapi bukan orang satu kantor gilaaakk banyaque benjet wkwkwkwk gue sebenernya ga pernah berpikir bakal pacaran sama orang yang dari beda kota sih, tapi yha gimana namanya ditemuinya begitu.
Alasan ketiga adalah keknya gue laper.
Oke begitu dulu awalannya.
Jadi di hari Minggu berfaedah gue ini, sebenernya gue rencana mau buat cookies buat bekal laki gue balik ke sana, rencana LDR ini akan postpone buat beberapa hari, karena laki gue ada bustrip lagi ke sini yeayyyyy!!!
Tapi karena gue sakit, maka gue ngga jadi. Hmmmm... Jadi gue cuma ngegeratak barang barang di meja belajar gue yang dah sekian tahun ga gue sentuh. Dan gue menemukan sebuah kartu wayang, sebenernya tarot sih tapi ini adalah tarot yang gue beli cuma karena gambarnya wayang. Yha gue emang suka sih yang berhubungan dengan wayang dan hal tradisional lain, terutama yang ada ceritanya. Gue kan emang hidup dalam drama HAHAHA
Kisah hari ini, masih ngga jauh dari cinta, Blog gue kayanya emang spesialis beginian ya belakangan ini, sorryyy soalnya bokap nyokap gue dah lama ga melakukan hal hal absurd euy ~
Hari ini gue mau cerita tentang Benchmark 'Cinta Sejati' di dalam kisah wayang, Rama&Sinta. Yang gue juga gatau gimana ngejanya wkwkwkwk
Tapi gimana ya, mereka ini emang benchmark cinta sejati, yang katanya walaupun terpisahkan tapi berjuang untuk bisa sama sama lagi.
Begini ceritanya.
Rama & Sinta.
Semua menyalahkan Rahwana, tanpa memandang kalau semua orang punya alasan ketika melakukan sesuatu.
Rahwana, biarpun iblis juga punya cinta.
Cinta kepada istrinya Wedowati, yang meninggalkan dia karena mati
Diam sendiri, karena cintanya pergi, tapi hati tak bisa berpaling.
Hingga suatu hari sadarlah dia, cintanya lahir kembali.
Dalam bentuk Sinta.
Yang dihadiahkan dalam sebuah sayembara, menikah dan sudah punya cinta.
Sang raksasa hanya punya dua pilihan,
Merelakan, atau merebut kembali.
Dia memilih yang kedua.
Maafkan Rahwana, Sinta, karena memaksa kamu jauh dari duniamu.
Maafkan Rahwana, Sinta, karena cintanya terlalu dalam.
Rahwana kira, kamu sang Renjana.
Sinta dalam istana di Alengka,
tak pernah satu kalipun Rahwana memaksanya.
Karena Ia yakin, cinta akan kembali padanya.
Sinta dijadikan bagai permaisuri, tanpa sedikitpun disakiti.
Kecuali hatinya, yang masih mengharapkan Rama datang menyelamatkan.
Dalam kekuasaannya, sesungguhnya Rahwana bisa memilih untuk memaksa Sinta.
Toh Sinta tak akan bisa lari, dan tak bisa memilih.
Cinta mengubah sang Raksasa menjadi lembut.
Cinta yang tak pudar bisa melemahkan amarah.
Cinta membuat hidup jadi lebih berharga.
Tapi cinta yang ini bertepuk sebelah tangan.
Sinta tak bisa cinta pada dua orang.
Dan akhirnya cinta pula yang membuat hati bisa rela.
Rela melepaskan, supaya cintanya bahagia,
Rahwana kembali masuk ke dua pilihan.
Memaksa, atau berjuang sampai mati.
Dia tetap memilih yang kedua.
Tiga periode setelah istrinya pergi.
Datang Rama dengan pasukan,
dan si Hanoman.
Menyerang Alengka, mencari Sinta.
Maka bertempurlah keduanya,
memperjuangkan cintanya pada sang Dewi.
Maafkan kami, Rahwana.
Pergilah tepati janji.
Rahwana mati.
Senyum kembali nyata di wajah Sinta.
Melihat orang terkasihnya datang menyelamatkan.
Tapi Rama melihatnya berbeda.
Bertahun tahun Sinta menjaga hatinya untuk yang dicinta,
semua sia sia.
Rama sekarang bimbang.
'Masihkah engkau menjaga kesucianmu untukku?'
Bahkan untuk memeluk dan melepas rindu pun Rama tak mau.
Hancur hati Sinta.
Dihadapkan pada kenyataan, bahwa dia berjuang untuk orang yang bimbang.
Namun yakin hatinya, bahwa dia benar masih murni,
Sinta pergi ke api, tempat dulu Wedawati juga mati.
Namun murninya melindunginya.
Setianya pada Rama membuat dia tidak terbakar.
Tapi apadaya.
Dalam api dia meratap.
Salahkah yang kupilih?
Lebih baik mana, bersama yang kucinta, atau mencintaiku?
Satu tanya yang tak akan pernah bisa dia jawab.
Yang pasti, Rahwana disana sudah selesai.
Mengabdi sampai mati.
Minggu, 18 Maret 2018
Senin, 05 Maret 2018
Bangun dari Drama
Teruntuk kamu, sebuah nyata diantara segala drama.
Karena aku baru menyadari dua detik setelah kamu datang, kalau tidak hanya drama dan mimpi di awang awang yang ada dalam dunia. Bukan tentang Renjana lagi, sesuatu yang kubuat sendiri, untuk kupuja sendiri. Bukan lagi si Renjana yang katanya bisa memanggil aku dalam diam. Bukan lagi tulisan tentang kesedihan, yang bahkan tak jelas apa alasannya.
Memang terlambat kah, jika baru setelah ribuan hujan yang berulang itu, aku baru menyadari kalau bukan siapa-siapa yang kurindukan. Bukan seseorang yang tersimpan aman di balik kerah bajuku, yang kataku disana dia akan tetap ada.
Tapi aku lupa, kalau tak ada tinta yang abadi, walaupun kerah baju itu masih tetap tertutup rapi.
Pada saatnya, tinta akan pudar, walau tetap ada noda yang ditinggalkan. Tinggal sepandai apa kita membuatnya indah kembali. Kita, aku dan kamu.
Memandang kamu, yang nyata, bukan berati semua jadi indah. Ini realita. Dimana kita harus bersuara untuk didengar, minta untuk diberi, dan berjuang untuk mencapai akhir yang manis.
Kubilang, tiap tulisanku adalah kesedihan. Kubilang juga Renjana akan tetap ada disini.
Di detik ketiga pertemuan kita, aku kembali bernapas dengan angin yang lama. Bukan lagi dalam angan yang tak jelas. Detik yang pada akhirnya membuat aku berbalik, menata kembali hidup dalam kenyataan.
Renjana pun juga telah bahagia, walau ku juga tidak tau dimana dia berada.
Kamu membuat aku menikmati indahnya melawan ego. Walau di saat yang sama, aku juga sedang diantara hidup dan mati.
Kamu meyakinkan aku untuk berjalan ke tujuan yang benar, walau aku menutup mata sekalipun.
Kamu membuatku merasakan kembali rasanya berjuang untuk mendapat.
Kamu membuka mataku, kalau dunia tak semungil imajinasi.
Aku bukan lari dari Renjana, dan semena-mena menjadikanmu gantinya.
Karena kubaru bangun dari tidur panjang, dua detik setelah sang Pangeran datang.
Kamu pangerannya.
Love,
Cerio.
yang hidup dalam nyata.
Langganan:
Komentar (Atom)